Mengalami Amerika (15): Memenuhi Permintaan Putri Sulungku

Oleh: Api Sulistyo

Cerita ini sebetulnya telah terjadi beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada hari Sabtu, tanggal 6 Mei 2017. Putri sulungku, Megan Sulistyo dan saya mengikuti lomba lari marathon di kota Eau-Claire , negara bagian Wisconsin, sebelah timur dari Minnesota. Berhubung sudah lama, saya tidak bermaksud untuk bercerita tentang peristiwa ini. Tetapi akhir-akhir ini anak kami itu bertanya, “Mengapa bapak tidak pernah menuliskan cerita tentang marathon kita?” Dari ekspresi wajahnya saya tahu bahwa dia pingin sekali saya menuliskan ceritanya. Dan sebetulnya saya tidak punya alasan kuat untuk tidak melakukannya.

Pada hari Jumat sore, sehari sebelum marathon, kami berangkat ke Eau-Claire. Istri saya, Tami, menjadi supporter dan sopir utama kami. Tanpa dia kami pasti akan kesulitan dengan urusan ini itu. Perjalanan hanya memakan waktu sekitar 1,5 jam. Matahari masih bersinar ketika kami tiba di hotel sehingga masih masih melihat tata kota yang berpenduduk sekitar 161,000 orang ini. Tetapi ada berita yang sangat mengejutkan. “Maaf, hotel kami penuh,” begitu wanita di front desk memberi tahu kami. Kaget. Kok bisa? Padahal saya sudah memesan online dan sudah ada konfirmasi lewat email. Untungnya, hotel ini baik sekali. Karena kesalahan administrasi mereka, kami dipindahkan ke hotel lain yang tidak begitu jauh dan kami tidak harus membayar. Wah, ini contoh layanan (customer service) yang bagus.

Sebetulnya saya ini sudah mau pension dari lari marathon setelah beberapa kali melakukannya. Persiapannya lama, makan waktu dan energi, serta keadaan fisik saya yang sebaiknya tidak lari jarak jauh lagi. Tetapi, bagi putri saya, lomba ini merupakan yang pertama, dan mungkin tidak akan dilakukannya lagi. Jadi, bisa lari bersama merupakan sesuatu yang istimewa bagi kami. Saya bisa mengerti tatangan yang dihadapinya selama training persiapan. Kami mulai berlatih di bulan Februari dan kami tinggal di Minnesota yang sangat dingin. Kadang kami terpaksa lari indoor karena terlalu dingin di luar. Tantangan berikutnya, Megan adalah mahasiswi tingkat akhir yang akan lulus pada tanggal 11 Mei. Seminggu setelah lari marathon. Jadi pada saat persiapan dan pas lomba ini dia sangat sibuk dengan tugas-tugas sekolah.

Persiapan marathon

Di Sabtu pagi yang segar, Tami mengantar kami ke garis start yang terletak di sebuah taman, Carson Park. Kami diturunkan sekitar setengah kilo dari taman itu karena mobil tidak boleh masuk ke sana. Jam 7:30 pagi lomba lari dimulai. Sekitar 400 peserta berdesak melintasi garis start. Hampir 1,700 pelari meramaikan lomba setengah marathon. Jadi pagi itu lebih dari 2000 pelari dari berbagai pelosok negeri mewarnai jalan-jalan di Eau-Claire dengan warna-warni pakaian mereka.

Kami berlari melintasi puluhan jembatan termasuk jembatan sungai Chippewa. Pemandangan yang sangat indah di awal musim semi. Kami berusaha simpan energi supaya bisa sampai di garis finish. Di sepanjang rute lari kami bisa minum dan makan yang disediakan oleh panitia di setiap jarak tertentu. Minuman berenergi pun tersedia. Bahkan ada anggota masyarakat yang menawarkan pisang atau oranges yang sudah diiris. Jarak 42 kilometer memang cukup jauh. Di beberapa tempat terasa kosong taka da penonton atau supporter. Ratusan relawan ikut andil demi kelancaran event tahunan ini.

Setelah melewati jarak 30 Km, kami mulai kecapekan. Langkah semakin berat dan pelan. “Pak, silahkan lari terus, saya mau berhenti. Pinggul saya sakit,” usul Megan kepada saya setelah melewati 35 Km. Megan memang punya masalah dengan pinggulnya waktu kami mempersiapkan lomba ini. Pernah kami ragu apakah tetap ikut lomba atau batal saja. Kami memutuskan untuk tetap ikut tetapi tidak perlu memaksa diri. Alon-alon waton kelakon. Pelan-pelan asal sampai. “Tidak Megan. Kita akan lari bersama. Kita akan sampai garis finish bersama-sama.” Jawab saya.

Kami kadang berhenti dan stretching. Kadang jalan dan lari lagi. Pokoknya tetep bergerak maju. Ketika garis finish tinggal 1,5 Km kami malah semakin pelan karena harus lari naik ke bukit di taman. Dan semangat kami timbul lagi ketika mulai mendengar suara musik dan melihat gapura garis akhir. Bahkan kami masih bisa lari sedikit lebih cepat. Saya melihat Megan lari depan saya melintasi garis akhir. “Dad, I did it. I did it!” katanya sambil meneteskan airmata saat kami berpelukan dan menerima medali kami.

“Ya betul. Kamu telah merampungkannya Megan. Saya sangat bangga denganmu.” bisik saya. Kami tidak menjuarai apa-apa dalam lomba ini. Medali kami hanyalah suatu tanda bahwa kami ikut peran serta. Kami juga tidak memecahkan rekor siapapun. Tetapi ada sesuatu yang mengesan di hati saya. Saya telah ikut lari marathon bersama anak saya, Megan dan saya akan selalu mengingatnya.

Terima kasih Megan atas kesempatan yang istimewa ini dan terima kasih Tami yang telah membantu kami. Tami menemui kami di beberapa tempat sepanjang rute lari dan menjadi sumber semangat kami.

Website Eau-Claire marathon:

http://www.eauclairemarathon.com/full_marathon.phtml

http://www.eauclairemarathon.com/pdfs/marathon_course_map.pdf

 

Copyright@2017StoryLighthouse. All rights reserved.

3 thoughts on “Mengalami Amerika (15): Memenuhi Permintaan Putri Sulungku

Leave a comment